Terletak di belakang bebatuan yang nampak tenang dan tidak bergerak, sesungguhnya tersimpan sebuah ekosistem mini yang dipenuhi dengan aktivitas hidup. Berbagai jenis binatang menentukan untuk berkamuflase di antara celah-celah batu tersebut guna melarikan diri dari musuh, memelihara tingkat kelembaban badan, atau malahan menjadikannya sebagai rumah primer mereka.
Mulai dari serangga kecil hingga amfibi dan reptile, masing-masing spesies ini punya metode khusus dalam menyesuaikan diri dengan habitat sembunyinya. Tulisan ini bakal membahas sejumlah binatang yang memilih area di bawah bebatuan sebagai tempat tinggal beserta alasannya, seperti yang disampaikan pada situs Wildlife Informer.
1. Ular

Ular merupakan reptil yang dapat ditemukan dalam berbagai jenis lingkungan seperti hutan, padang pasir, serta daerah lembab. Beraneka ragam spesies ular menggunakan celahan batu sebagai perlindungan dari predator, mempertahankan temperatur badan mereka, ataupun hanya untuk bersantai.
Sisik pada ular bertindak sebagai pelindung terhadap permukaan yang kasar, sedangkan struktur tubuh tanpa kaki membolehkan pergerakan yang efektif di beragam medan seperti pasir dan retakan dalam bebatuan.
Beberapa ular bisa berkeliaran di balik batu-batu tersebut dan beberapa dari mereka mungkin memiliki racun, layaknya ular derik. Karena itu, sangat dianjurkan untuk selalu waspada ketika memindahkan atau mengambil bebatuan di daerah dengan tingkat kehadiran ular yang tinggi.
2. Katak

Katak, sama seperti kodok, termasuk dalam kategori amfibian, akan tetapi terdapat perbedaan karena mereka mempunyai kulit yang licin dan basah serta cenderung lebih suka habitat berair. Katak kerap kali berkamuflase di balik batu-batu di area mata air guna menjaga kelembapan tubuh dan melindungi diri dari pemangsa.
Katak berkulit sejuk, yaitu hewan yang suhu badan mereka dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Oleh karena itu, tempat berteduh seperti batu alami amat diperlukan bagi mereka untuk menjaga temperatur tubuh. Kebanyakan spesies ini cenderung lebih aktif saat senja atau malam hari serta memakan serangga, invertebrata kecil, bahkan kadang-kadang vertebrata mini, dengan bantuan lidah panjang mereka untuk menyergap mangsa secara cepat.
3. Kodok

Kodok merupakan hewan amfibi dengan kulit yang kering serta ber tekstur bergelombang. Hewan ini umumnya terlihat di habitat basah seperti di balik batu-batu besar, tempat dimana tingkat kelembapan dapat menghindarkan mereka dari penderitaan dehidrasi.
Mayoritas katak merupakan pemakan daging, mengonsumsi serangga, cacing, serta hewan tidak bertulang belakang berukuran kecil lainnya. Mereka menangkap prey dengan presisi menggunakan lidah yang panjang dan lengket mereka.
Saat merasakan ancaman, sejumlah katak akan memproduksi zat beracun dari kelenjar yang ada di permukaan kulitnya. Racun ini bisa menimbulkan gangguan atau penyakit bagi pemangsa serta manusia.
4. Kadal

Kadal merupakan bagian dari keluarga salamander yang terkenal memiliki kehidupan semiakuatik. Walaupun banyak spesies ini menghabiskan waktu cukup lama di dalam air, mereka kerapkali menyembunyikan diri di balik batu-batu di darat untuk menjaga keselamatan dan kelembaban tubuh.
Berbeda dengan salamander, kadal memiliki kulit yang kering, lebih kasar dan tak ber-sisik. Biasanya mereka mengonsumsi serangga, cacing, serta invertebrata kecil, dan sesekali juga makanikan ikan mini atau amphibi.
Istilah kadal memiliki fungsi signifikan untuk mengekang jumlah serangga merugikan serta umumnya dapat ditemui di sekitar telaga, aliran air, atau area rimba dengan kelembaban tinggi.
5. Salamander

Salamandra merupakan hewan amphibian yang memerlukan habitat dengan tingkat kelembaban tinggi untuk fungsi kulit serta proses perkotasannya. Berbagai jenis salamandra biasanya menyembunyikan diri di balik batu-batu untuk tetap terjaga kelembutannya dan melindungi diri dari pemangsa.
Binatang tersebut menetaskan telurnya di dalam air, dan generasi muda-nya biasanya tumbuh menjadi larva aquatic sebelum beralih hidup ke daratan. Berbeda dengan ular, salamandra tak mempunyai sisik atau kukul, serta mobilitas mereka sangat tergantung pada kulit halus dan basah mereka.
Beberapa jenis, seperti Salamander Harimau Timur, menjalani sebagian besar hidupnya di daratan, meskipun masih sangat tergantung pada ketersediaan air di lingkungan mereka.
6. Cicak

Gekko merupakan reptil bertubuh bersisik dengan kukur jemuran yang membantu mereka dalam mendobrak dan mengebor dengan mudah. Berbagai jenisnya sering kali mencari perlindungan di balik batu-batu untuk melawan pemangsa, menjauhkan diri dari suhu ekstrim, atau saat sedang tidur panjang musiman.
Ia merupakan hewan ektotermik, bergantung pada sumber pemanasan dari luar untuk menjaga temperatur badannya. Jenis-jenis cecak seperti ceper dan skink yang biasanya bersembunyi di balik batu adalah pemakan serangga serta invertebrata kecil lainnya. Batu-batu ini memberikan lingkungan tempat tinggal mikroskopis yang terlindungi dan konsisten bagi kelangsungan hidup mereka.
7. Laba-laba

Laba-laba penghuni tanah, seperti laba-laba serigala, biasanya mendirikan sarang mereka di balik batu-batu besar guna mencari mangsa. Spesies arakhnida ini tak membuat jaring untuk menjebak prey; sebalinya, mereka menggunakan kecekatan serta kemampuan menyembunyikan diri agar bisa mengejar dan menangkap serangga serta hewan-hewank ecil lainnya.
Labah-labah mempunyai delapan kaki serta taring yang bisa menyuntikkan racun untuk menetralkan prey-nya. Meskipun banyak jenis yang biasa hidup di balik batu-batuan umumnya tak membahayakan manusia, akan tetapi selalu waspada sebab ada juga spesies tertentu layaknya laba-laba hermit di area tertentu yang sanggup menghasilkan gigitan dengan efek medis serius.
8. Kumbang

Kumbang serta sejumlah jenis serangga lain cenderung mencari perlindungan di balik batu guna melarikan diri dari pemangsa dan situasi alam yang keras. Kebanyakan kumbang bertugas sebagai dekomposer, menyantap material tumbuhan atau binatang yang telah meninggal, membantu dalam putaran nutrisi di dalam ekosistem tersebut. Ada juga beberapa spesies kumbang yang bersifat pemburu, mengejar mangsanya yaitu serangga-serangga ukuran lebih kecil.
Walaupun kebanyakan serangga yang tersembunyi di bawah bebatuan tidak berbahaya, ada juga yang bisa menyeret atau menggigit apabila dirusak. Membuka bebatuan bisa membongkar kerja nyata mahluk halus ini, mulai dari semut sampai tungau kayu, semua memiliki fungsi tersendiri dalam menjaga keseimbangan alam.
9. Cacing

Cacing tanah serta tipe-tipe cacing lain memiliki fungsi vital di dalam lingkungan tanah. Mereka menelan materi organik yang telah membusuk, merombaknya menjadi zat hara yang kaya akan gizi untuk tanah.
Cacing kerap ditemui di balik batu-batu karena tempat ini memiliki kadar lembaban yang tinggi, menciptakan kondisi sempurna untuk pertumbuhan mereka. Lubang-lubang yang dibuat oleh cacing membantu pengolahan tanah, memperbaiki drainase air serta pemasukan akar tumbuhan. Peranan cacing amat krusial dalam pemeliharaan ekosistem yang baik dan menjadi sumber nutrisi bagi berbagai jenis fauna seperti burung maupun amphibian.
10. Seribu kaki dan kelabang

Seribu kaki dan kalajengking merupakan jenis arthropoda yang umumnya bisa ditemui sembunyi di balik batu-batu. Seribu kaki bertindak sebagai dekomposer dengan mengonsumsi material tumbuhan yang telah layu, serta mampu memiliki jumlah kaki mencapai 400 bergantung pada ragam spesiesnya. Di sisi lain, kalajengking bersifat pemangsa yang memburu serangga kecil, mereka menggunakan sepasang alat cekerek beracun untuk mengekang mangsanya.
Kelabang umumnya mempunyai jumlah kaki yang kurang dari seribu, yaitu satu pasang kaki untuk setiap segmen badannya. Walaupun kebanyakan jenis kelabang tidak membahayakan, ada juga beberapa yang bisa menggigit apabila terganggu, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau iritasi lembut.
Apabila Anda pernah berkeliaran di dalam hutan atau bahkan hanya di samping belakang rumah, ambillah satu batu dan amati apa yang akan Anda temui. Teliti dengan cermat untuk mengetahui spesies hewan mana yang mungkin berteduh di bawahnya.
Ingatlah, kau takkan pernah tahu apa yang tersembunyi di bawah sana. Walaupun kemungkinannya kecil, bisa jadi ada hal yang dapat menggigit. Oleh karena itu, selalu berhati-hati dan waspada.